Istilah ini penting karena membantu investor menilai seberapa menarik
suatu saham dalam memberikan “pemasukan rutin” dari dividen. Jika kamu termasuk
investor yang mencari pendapatan pasif, maka hasil dividen adalah angka yang
wajib kamu perhatikan.
Mari kita bahas lebih dalam.
Apa Itu Dividend Yield?
Dividend Yield
Secara sederhana, hasil dividen adalah rasio yang
menunjukkan seberapa besar dividen tahunan yang diumumkan perusahaan
dibandingkan dengan harga saham saat ini.
Formula sederhananya adalah:
Hasil Dividen = (Dividen per Saham / Harga Saham) x 100%
Misalnya, sebuah perusahaan membagikan dividen Rp200 per saham, dan
harga sahamnya saat ini Rp5.000. Maka Dividen Yield-nya adalah:
(200 / 5.000) x 100% = 4% .
Artinya, jika kamu membeli saham tersebut pada harga Rp5.000, maka
potensi imbal hasil dari dividen adalah 4% per tahun (belum termasuk potensi
capital gain atau loss).
Mengapa Hasil Dividen Penting?
Banyak investor melihat hasil dividen sebagai “tolok ukur” untuk
mengetahui seberapa produktif modal yang mereka tanam. Ada beberapa alasan
mengapa indikator ini penting:
1. Mengukur Potensi
Pendapatan Pasif
Hasil dividen memberi gambaran berapa persen keuntungan yang bisa didapat dari
dividen setiap tahun. Cocok untuk investor yang mengincar arus kas rutin.
2. Membandingkan Saham
antar Perusahaan
Misalnya, ada dua perusahaan di sektor yang sama. Perusahaan A memberikan
dividen imbal hasil 3%, sedangkan perusahaan B 6%. Dari angka ini, investor
dapat mempertimbangkan mana yang lebih menarik, meskipun tetap harus melihat
faktor lain.
3. Indikasi Kesehatan
Keuangan Perusahaan
Perusahaan yang rutin membagikan dividen dengan imbal hasil stabil biasanya
menunjukkan manajemen keuangan yang sehat.
Hubungan Hasil Dividen dengan Harga
Saham
Hasil dividen tidak berdiri sendiri. Ia sangat dipengaruhi oleh harga
saham di pasar.
- Jika harga saham
naik sementara dividen per saham tetap, maka imbal hasil akan
menurun.
- Jika harga saham
turun dengan dividen per saham tetap, imbal hasil akan meningkat.
Contoh:
- Harga saham Rp1.000, dividen
Rp50 → imbal hasil 5%.
- Harga saham naik jadi
Rp2.000, dividen tetap Rp50 → imbal hasil turun jadi 2,5%.
Jadi, jangan buru-buru tergiur dengan dividen imbal hasil yang tinggi.
Bisa jadi imbal hasil tinggi terjadi karena harga saham sedang jatuh, yang
justru bisa mengindikasikan masalah di perusahaan tersebut.
Kapan Hasil Dividen Bisa Menipu?
Investor pemula sering terjebak dengan angka hasil yang terlihat besar.
Padahal, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai:
1. Yield Tinggi karena
Harga Saham Anjlok
Yield bisa terlihat tinggi jika harga saham jatuh, tapi kalau penurunan harga
disebabkan oleh masalah fundamental, ini justru berisiko.
2. Dividen Tidak
Konsisten
Ada perusahaan yang hanya membagikan dividen besar sesekali, lalu mengurangi
atau bahkan tidak membagikan sama sekali di tahun berikutnya.
3. Tingkat Pembayaran
Dividen yang Terlalu Tinggi
Jika perusahaan membagikan hampir seluruh laba sebagai dividen, maka mereka
tidak punya cukup dana untuk ekspansi. Ini bisa menghambat pertumbuhan jangka
panjang.
Contoh Perusahaan dengan Hasil Dividen
Menarik
Di Indonesia, beberapa saham memang terkenal sebagai “saham dividen”.
Perusahaan seperti Bank BCA (BBCA) , Telkom Indonesia
(TLKM) , hingga Astra International (ASII) kerap
membagikan dividen rutin.
Misalnya, Telkom (TLKM) pada tahun tertentu membagikan dividen sekitar
Rp170 per saham, dengan harga saham di kisaran Rp4.200. Hasil-nya kira-kira:
(170 / 4.200) x 100% = 4,05% .
Angka ini cukup menarik bagi investor yang mencari stabilitas dividen.
Strategi Menggunakan Hasil Dividen
dalam Investasi
Agar hasil dividen benar-benar bermanfaat dalam strategi investasi, ada
beberapa langkah yang bisa kamu terapkan:
1. Bandingkan dengan
Instrumen Lain
Misalnya, jika deposito bank memberi bunga 3,5% per tahun, saham dengan dividen
imbal hasil 5% bisa lebih menarik, apalagi jika perusahaan tersebut stabil dan
punya prospek pertumbuhan harga saham.
2. Pilih Saham Riwayat
dengan Dividen Konsisten
Jangan hanya melihat hasil tahun ini, tapi periksa rekam jejak pembagian
dividen selama 5–10 tahun terakhir.
3. Gabungkan dengan
Analisis Fundamental
Dividend Yield hanyalah salah satu indikator. Anda tetap perlu memperhatikan
ROE, EPS, PBV, dan kesehatan keuangan perusahaan.
4. Perhatikan Pajak
Dividen
Di Indonesia, dividen yang dikenakan pajak final sebesar 10%. Jadi, hitunglah
bersihannya untuk mengetahui hasil nyata yang Anda dapat.
Apakah Hasil Dividen Tinggi Selalu
Lebih Baik?
Tidak selalu. Hasil dividen yang tinggi memang terlihat menarik, namun
tidak jarang ada risiko di baliknya. Kadang-kadang, imbal hasil tinggi muncul
karena harga saham turun drastis akibat kinerja perusahaan yang memburuk.
Investor cerdas tidak hanya fokus pada angka imbal hasil, melainkan juga
menilai konsistensi dividen, kesehatan keuangan perusahaan, serta
prospek bisnis ke depan .
Hasil Dividen dalam Portofolio
Investasi
Hasil dividen bisa menjadi alat yang efektif untuk:
- Investor jangka panjang yang mengincar
pendapatan rutin pasif.
- Konservasi investor lebih menyukai
stabilitas daripada pertumbuhan agresif.
- Diversifikasi portofolio , karena dividen saham
biasanya lebih tahan banting saat pasar bergejolak.
Namun, jika kamu masih pemula, sebaiknya jangan hanya mengandalkan hasil
dividen. Pelajari juga indikator lain, seperti EPS, ROE, dan PBV yang juga
sudah dibahas di uanggue.com.
Penutup
Hasil dividen adalah indikator penting dalam menilai seberapa besar
potensi pendapatan dividen dari suatu saham. Meski sederhana, angka ini bisa
menjadi alat bantu yang efektif untuk membandingkan saham dan merencanakan
strategi investasi jangka panjang.
Bagi kamu yang ingin mendapatkan penghasilan pasif dari pasar modal,
hasil dividen bisa menjadi kompas awal. Tapi ingat, jangan hanya membaca pada
angka yield tinggi. Pastikan juga fundamental perusahaan kuat dan dividen
didistribusikan secara konsisten.
Kalau kamu ingin menyeimbangkan portofolio, jangan lupa cek juga rekomendasi instrumen lain seperti 5 reksa dana yang return tinggi 2025. Dengan begitu, strategi keuanganmu akan lebih matang dan peluang meraih kebebasan finansial jadi semakin besar.
0 Komentar